Monday, March 16, 2009

The Wrath of God's Lamb


Senin,9 maret 2009 kemarin jakarta memang dilanda hujan dari sore sampai malam hari.Kompleks Gelora Bung Karno-Senayan sebagai tempat yang bukan hanya biasa digunakan sebagai acara olah raga,namun juga sebagai tempat diselenggarakan nya berbagai event musik juga tidak luput dari deras nya hujan yang semestinya membuat keadaan di sana menjadi sepi dengan jarang nya  nya orang-orang berlalu lalang.Apalagi setelah diselenggarakannya Java Jazz Festival yang berlangsung selama 3 hari berturut-turut sebelum nya di gedung JCC.Namun tidak untuk Tennis Outdoor senayan.Pada sore itu,meskipun hujan cukup deras palataran Tennis Outdoor terlihat beberapa gerombolan orang-orang berbaju hitam.

 

Setelah para penikmat musik Jazz ,sekarang giliran para metalhead di Jakarta untuk bersenang-senang.Lamb of god,sebuah band metalcore papan atas yang dibentuk tahun 1990 dan diisi oleh Randy Blythe(vocalist),Chris Adler(drummer),Johnn Campbell(bassist)Mark Morton dan Willie Adler (guitarist) akan tampil malam itu dalam rangka mempromosikan album baru mereka yang bertajuk ‘wrath’.

 

Saya tiba di venue sekitar jam setengah 3 sore ketika mereka sedang melakukan check sound.Dan walau hanya sekedar persiapan ,namun sudah bisa ditebak kalau penampilan mereka nanti malam akan cukup membuat venue cukup ‘terbakar’.Terlihat beberapa gerombolan fans di sekitar venue,termasuk saya yang dimana saat itu hanya seorang diri dan terlihat seperti ‘anak hilang’ karena terlalu siang untuk datang ke venue,karena memang saya mempunyai sebuah misi khusus pada pagi hari nya.Singkat cerita,hujan mulai turun dan semakin deras,dan checksound pun berhenti.Namun sepertinya hujan tidak membuat panitia dan para calon penonton berpikiran untuk pulang.Masih dalam keadaan hujan rintik-rintik,mulai terlihat beberapa orang mengantri di depan gate masuk ke dalam venue.

 

Sekitar jam  5 sore,gate pun mulai dibuka.Dan sampai selanjutnya ketika orang-orang sudah berada di dalam venue,hujan kembali turun dengan derasnya.Bahkan lebih deras dari sebelumnya sehingga menambah kondisi venue yang tadinya basah,menjadi sangat basah,becek,dan licin tentunya.Namun sepertinya tidak ada yang peduli dengan semua itu.Bukan metalheads namanya kalau takut hujan.Walaupun ada juga yang berpayung dan berteduh,namun saya dan teman-teman saya –yang akhirnya datang setelah berjam-jam bengong sendirian- serta segerombolan penonton lain di baris depan kelas festival seakan tidak perduli dengan jumlah air yang turun dari langit.Cukup lama kami menunggu di bawah siraman hujan sampai acara benar-benar dimulai.

 

Sampai akhirnya malam itu dibuka dengan penampilan dari Deadsquad,sebuah band lokal beraliran technical death meal yang malam itu sekaligus menjadi ajang untuk launching album baru mereka.Pada malam itu,mereka membawakan beberapa lagu mereka seperti  Hyperbola Dogma Monotheist,Pasukan Mati,dan juga Manufaktur Republik Baptis .sentuhan Jazz pada breakdown,dan solo neo classical pada musik mereka tentu saja cukup memukau dan pas untuk memulai pemanasan pada malam itu.dan sejujurnya, musik mereka jauh lebih menarik dari  main act malam itu.

Setelah Deadsquad selesai,penonton kembali harus menunggu untuk suguhan utama selama kurang lebih 30 menit,dalam keadaan masih hujan namun sudah tidak terlalu deras dan mulai menjinak.Penampilan Deadsquad nampaknya cukup ampuh untuk mem pumped up semangat para penonton.

Lamb of god..Lamb of god..Lamb of god !!!!!!! ‘ terdengar koor dari para penonton yang entah sejak kapan mereka sudah memenuhi venue,namun Tennis outdoor benar-benar sudah terisi penuh ketika saya menoleh ke belakang.Masih harus menunggu,seorang crew bule keluar dan naik ke atas panggung dan menantang crowds untuk berteriak lebih kencang.Dan sepertinya cukup berhasil untuk memanaskan suasana setelah kedinginan dan kebasahan karena hujan.Akhirnya yang ditunggu muncul di atas panggung.Dan penampilan mereka dibuka dengan sebuah sapaan yang,mungkin sedikit mengagetkan  dan mencengangkan bagi sebagian orang. “Assalamualaikum ****r **cker !!!!!! “.Namun juga membuat semangat para penonton semakin tersulut setelah sekian lama menunggu.

 

Setelah intro,pertunjukan baru benar-benar dimulai ketika ‘Hourglass’ mulai dimainkan.Dilanjutkan dengan ‘Laid to Rest’ dan ‘Walk with me in hell’ yang sepertinya penampilan belum begitu sempurna dikarenakan suara gitar sempat terputus putus pada bagian bagian tertentu.Namun sound menjadi lebih baik,dan sangat baik untuk lagu-lagu yang mereka mainkan selanjutnya.

 

Satu jam lebih mereka menggempur Tennis outdoor dengan raungan dan teriakan vocal Randy masih benar benar powerfull walaupun dia sudah tidak muda lagi.Bahkan dia tetap bisa mengeluarkan lengkingan sekitar 15 detik ketika menyanyikan lagu ‘vigil’.Begitu juga dengan serangan dari duo gitaris Mark Morton dan Will adler yang terinfluence oleh southern rock dengan sentuhan ala Pantera.Serta besutan bass dari John Campbell dan juga dentuman drum dari Chriss Adler yang yang benar benar menjadi pemompa denyut jantung bagi siapa pun yang berasa di sana.Dan posisi saya tepat berada di depan speaker yang tentu saja benar benar membuat saya merasakan sensasi malam itu sepenuhnya-Gempuran volume dari depan,dan hantaman mosh pit dari belakang..

 

Malam itu ditutup dengan ‘Black Label’,yang diawali dengan aba-aba oleh Randy kepada crowds untuk menepi dan mengosongkan tengah lapangan.Ini adalah bagian dari acara yang ditunggu tunggu oleh sebagian besar penonton pada malam itu.The famous wall of death will happen.Saya pun berniat untuk merekam momen tersebut dengan pocket camera yang saya bawa untuk mengabadikan malam itu.Namun tampaknya saya tidak jadi merekam momen tersebut.Meskipun saya sudah menghadap ke belakang dan mengangkat kamera,otomatis saya berbalik ke depan panggung dan headbanging untuk yang terakhir kali nya bersama ‘Lamb of God’.

 

2 Circle pit raksasa pada hampir selama pertunjukan berlangsung,serta 1 wall of death yang mungkin kurang bertenaga akibat terlalu tersulut pada sebelumnya,bisa dibilang merupakan ‘Dance floor’ yang sangat menyenangkan bagi mereka yang benar benar menikmatinya.

 

“I THINK YOU INDONESIAN CROWD IS THE MOST FCKING INTENSE CROWD I’VE EVR SEEN” Walaupun ia mungkin mengatakan hal ini di semua tempat,tapi  memang saya menemukan sebuah komentar yang menyatakan bahwa “Jakarta have the best mosh pit in asia”.

 

Lamb of God,benar benar memuaskan para fans nya yang tidak sia-sia mereka membayar tiket yang terbilang cukup mahal untuk sebuah konser metal dan juga rela berbasah basahan dan kedinginan sebelum benar benar merasa panas setelahnya.Tidak heran bahwa mereka mendapati peringkat teratas dalam jajaran band metal mainstream di dunia.Dari anak gaul yang hanya ingin eksis,sampai ekstrimis metal hadir pada malam itu.

 

Dan juga saya berterima kasih pada solucites yang sepertinya ingin berusaha mengembalikan kejayaan musik metal di Indonesia seperti jaman-jaman saya sendiri belum mengerti tentang musik itu sendiri,apalagi genre yang satu ini.Siapa lagi yang akan mereka bawa untuk menggempur Jakarta??..mari kita tunggu.